Jadi Obyek Masturbasi

Aku memasuki kamarku dan pribadi kukunci dari dalam, kulepas T Shirt tanpa lengan yang kupakai dan kulemparkan begitu saja di daerah tidur. Payudaraku yang ranum berwarna sedikit merah muda di puting dan sekitarnya tampak menggairahkan. Aku memang semenjak kecil tidak suka menggunakan bra sampai kini saya jadi tidak mempunyai BH barang satupun, sampai begitu T Shirt kutanggalkan maka payudaraku pun pribadi mencuat, ukurannya memang sedang-sedang saja namun bentuknya padat dan menggairahkan sampai sanggup menciptakan setiap lelaki menelan ludah bila memandangnya, apa lagi ditunjang postur tubuhku yang sexy dengan tinggi 170 centimeter, yang cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita.
Kuperosotkan dan kulepas hot pantsku yang mini model longgar di bab bawah, sampai tampak terperinci CD model G String warna merah yang ketika ini kupakai. Bentuknya sangat mini dengan seutas tali nylon yang melilit di pinggangku dan ada ikatan di kiri dan kanan pinggangku yang ramping. Bulu-bulu halus kemaluanku tampak menyibak keluar dari sela sela secarik kain model segi tiga kecil yang tipis ukurannya, tidak lebih dari ukuran dua jari hanya bisa menutupi lubang vaginaku. Bentuk G String yang kupakai memang sangat sexy dan saya sangat suka memakainya, ditambah seutas tali nylon yang melingkar melewati selangkanganku sempurna mengikuti bagian pantatku ke atas bab belakang dan tersambung dengan tali nylon yang melingkar di pinggangku. Dengan sekali tarik ikatan di kanan kiri pinggangku, maka tak sehelai benang pun kini menutupi tubuhku, CD kubiarkan tergeletak di lantai. Sambil telanjang bundar saya berjalan menuju lemari mengambil sebuah celana pendek mini yang longgar di bab bawahnya yang terbuat dari materi sutera tipis tembus pandang dan ada celah di bab kiri dan kanannya dan tanpa kancing, hanya menggunakan karet lentur saja. Segera kukenakan sambil menyalakan komputer dan mengakses internet. Celana ini memang yummy sekali digunakan di rumah ketika tidur, dan saya biasa tidur dalam keadaan menyerupai ini, tanpa busana lainnya menutupi tubuhku, hanya ada celana pendek menyerupai yang kukenakan ketika ini. Namun tak jarang juga saya tidur tanpa berbusana sama sekali dan pribadi menyusup ke dalam selimut. Seperti biasa, email yang masuk ke mail box-ku sangat banyak. Kubuka satu persatu, bagi pengirim yang belum pernah mengirim email kepadaku pribadi kujawab emailnya dan kucantumkan persyaratanku bila ingin berkenalan dan mengobrol lebih lanjut denganku, sedangkan bagi yang sudah pernah kujawab emailnya namun tidak memenuhi persyaratanku tetapi tetap ngotot berkirim email ingin berkenalan lebih lanjut dan ber email ria, pribadi saja kuhapus emailnya dengan tanpa memperlihatkan reply. Demikian pula bagi yang mengirimkan pesan dengan menggunakan nomor HP-nya melalui SMS pribadi saja kuhapus tanpa perlu membukanya terlebih dahulu. Aku malas membukanya alasannya membuang-buang waktu dan biaya, toh saya juga tidak bisa membalas pesannya kecuali dengan juga menggunakan SMS, untuk apa saya harus bersusah payah membuang-buang pulsa segala, pikirku. Setelah selesai membuka dan membalas semua email yang masuk, kuputus jalan masuk dengan internet, namun komputerku tetap kunyalakan alasannya rencananya nanti selesai mandi saya akan mengaksesnya lagi, alasannya biasanya akan banyak lagi email yang masuk. Kulepas celana yang kupakai dan saya memasuki kamar mandi yang ada dalam kamarku. Kunyalakan air hangat mengisi bathtub kamar mandiku. Sore ini saya ingin berendam sejenak sambil menghilangkan pegal-pegal yang ada di tubuhku. Kutorehkan bath foam secukupnya dalam air sampai berbusa. Saat saya menunggu penuhnya air, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Kalau kudengar dari deringnya, saya yakin ini datangnya dari salah seorang pembacaku, alasannya memang bagi pembaca yang sudah memenuhi persyaratanku, nomor handphonenya segera kumasukkan memory dan kukumpulkan dalam satu nada dering khusus. Kuambil hand phoneku yang tergolek di atas meja computer, dari layarnya tampil namanya Amin (nama samaran). "Yaa..! Halloo..!", sapaku sehabis menekan tombol Yes. "Hallo..! Hai Lia..! Apa kabar..? Lagi ngapain nich?", sahut Amin dari seberang. "Aku sedang mau mandi nich! Emangnya kenapa dan ada apa menelepon? Entar aja deh kau telepon saya lagi ya, saya sudah telanjang bundar nich, sudah siap-siap mau berendam", belum selesai saya berkata, Amin pribadi memotong pembicaraanku.. "Eee.. Eeh! Tunggu dulu dong! Biar saja kau berendam sambil tetap ngobrol denganku", pinta Amin. "Baiklah", jawabku menyetujui sambil meraih hands free kemudian saya masuk kembali ke kamar mandi. Hand phone kuletakkan di meja wastafel dan kabel hands free menjulur ke arah telingaku, saya pun jadinya berendam sambil mengobrol dengan Amin menggunakan hands free. "Lia! Aku kini juga berjalan ke kamar mandi, kini di kamar mandi saya melepaskan celana dan CD-ku, kondisiku kini juga sudah bugil nich!", Amin mencoba menjelaskan keadaannya ketika itu padaku. "Emangnya gue pikirin, lagian ngapain kau ikutan bugil di sana?", ujarku. "Lia! Aku ingin melaksanakan onani sambil ngobrol denganmu, kau tidak keberatan kan? Please! Sekarang penisku sudah selesai kubasahi dan kuoles dengan shampoo, kini mulai kuusap-usap sambil mengocok-ngocoknya, kau juga dongeng dong apa yang kau kerjakan ketika ini sambil memberiku rangsangan", pinta Amin lagi dengan memelas. Mendengar penuturan Amin tadi, terus terang saya sempat membayangkan sejenak dan sedikit mulai terangsang sampai tanpa kusadari saya juga sudah mulai meremas-remas payudaraku. Karena saya menggunakan hands free, maka saya tetap masih bisa mengobrol dengan kedua tanganku tetap bebas bisa beraktifitas. Kuceritakan pada Amin jika ketika ini saya sedang meremas-remas kedua payudaraku yang juga sudah mulai mengeras, puting susuku mendongak ke atas dan mulai kujilati sendiri bergantian kiri kanan, saya mencicipi ada pemikiran yang mengalir keluar dari liang senggamaku, membuktikan saya sudah mengalami rangsangan hebat. Sementara tangan kiriku tetap meremas-remas payudaraku, tangan kananku mulai turun ke bawah meraba dadaku, mengelus-elus sendiri pusarku, ke bawah lagi ke arah vaginaku sambil mengangkat kedua buah kakiku dan meletakkannya ke samping bathtub sampai posisiku kini terkangkang lebar sampai memudahkan tangan kananku mengelus bab luar vaginaku yang sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu halus. Jari-jariku turun sedikit mengusap-usap bibir vaginaku sambil menggesek-gesekkan klitorisku. Aku mulai melenguh menikmati fantasiku, gesekannya kubuat seirama mungkin sesuai dengan keinginanku. Tiba-tiba kudengar bunyi teriakan Amin dari seberang sana.. "Ooo.. Oocch! Liaa..! Aku orgasme nich!", suaranya makin lirih, rupanya di seberang sana Amin sudah berhasil mencapai puncaknya, gila! Dia tampaknya sangat menikmati penuturanku melalui telepon sambil terus melaksanakan aktifitasnya sendiri, mendengar bunyi itu saya menjadi semakin terangsang saja jadinya, jari tengah dan jari bagus tangan kananku mulai kumasukkan ke dalam liang vaginaku yang sudah semakin berlendir, sementara jari telunjuk kupakai menggesek-gesek klitorisku. Rasanya benar-benar menciptakan darahku mengalir ke atas kepalaku. Pertama agak sulit masuk, namun lama-lama sehabis melalui beberapa kali gesekan, bibir vaginaku pun semakin merekah sehingga memudahkan jari-jariku masuk menembus liang vaginaku. Kumainkan jari-jariku di dalam vagina, kuputar-putar di dalam sampai menyentuh dinding-dinding bab dalam vaginaku, rasanya tidak kalah dengan batang kemaluan yang pernah masuk dan bersarang dalam liang vaginaku, bahkan lebih hidup rasanya alasannya bisa kukontrol sesuai dengan keinginanku. Kugaruk-garukkan lembut pada dinding dalam vaginaku, ada kalanya kusentuhkan pada tonjolan sebesar ibu jari yang ada dan tersembul di dalam vaginaku, nikmat sekali rasanya. Aku juga tampaknya akan segera mencapai puncak kenikmatan. Sekarang tiga jariku adalah jari telunjuk, jari tengah dan jari bagus tangan kananku kumasukkan seluruhnya ke dalam liang vaginaku, kutarik keluar masuk, kukocok-kocokkan makin cepat, sementara tangan kiriku juga mulai ikut aktif membantu, jari bagus dan jari telunjuk tangan kiri kupakai menyibakkan bibir vaginaku, sementara jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku. Kocokan jari-jari tangan kananku semakin cepat. Aku terus melenguh. "Ooh.. Oocch! Aa.. Aacch!", badanku berguncang keras sehingga air dalam bathtub banyak yang tumpah keluar membasahi lantai kamar mandiku. Badanku menggigil hebat, sekali lagi saya melenguh panjang, dan saya pun mencapai orgasme. Badanku kini lemas tersandar di punggung bathtub. Dari seberang sana kudengar bunyi Amin menanyakanku.. "Gimana Lia, yummy enggak?", Setan.., umpatku dalam hati, masa masih ditanya yummy atau enggak? "Lia..! Aku kini ke rumahmu ya? Kau kujemput dan kita check in terus melaksanakan hal yang sebenarnya yuk", ajak Amin. Aku menolak dengan halus permintaan Amin. Setelah berbincang sejenak saya pamit untuk mematikan telepon dengan alasan akan melaksanakan sesuatu. Akhirnya dengan berat hati Amin pun bersedia mematikan teleponnya, entah berapa banyak pulsa sudah yang ia habiskan untuk melaksanakan sex by phone denganku sambil beronani. Terus terang saja walau sudah agak sering kontak dengan Amin dan kami juga sudah dua kali bertatap muka, saya sedikit pun tidak berminat berafiliasi tubuh dengannya. Tingginya sekitar 165 centimeter, lebih pendek sedikit dariku, badannya agak sedikit gendut, usianya 32 tahun, sudah beristri dan beranak tiga. Wajahnya berdasarkan ukuranku juga tidak ganteng, jadi biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa bagiku. Aku memang juga membutuhkan sarana menyalurkan libidoku namun tidak berarti saya bisa melakukannya dengan siapa saja. Dalam permainan sex, saya benar-benar ingin menikmatinya, maka saya juga harus menentukan pasangan yang benar-benar bisa menaikkan gairahku. Sudah berkali-kali Amin mengajakku make love (ML) tapi selalu kutolak dengan seribu satu macam alasan, namun saya tetap tidak mengutarakan alasan penolakanku, alasannya saya yakin ia akan pribadi merasa aib dan tersinggung. Maka lewat tulisanku ini, buat seorang pembaca yang kuberi nama samaran Amin, saya mohon maaf dan saya harap kau juga membaca tulisanku ini dan sanggup mengerti.
TAMAT

0 Response to "Jadi Obyek Masturbasi"

Posting Komentar