Rumah Tante Rani


CERITA SEX TERBARU KLIK DISINI


Cerita Birahi | Yuni yang sudah di puncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras. "Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu," bisik Yuni sambil menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar seruan itu Arie eksklusif tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan mendapat hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni kini mungkin telah mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie eksklusif mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang gres pertama kali meraba kepunyaan pria itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya menyerupai meremas pisang dengan tenaga yang sangat besar lengan berkuasa hingga menciptakan Arie kesakitan. "Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah." Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget kemudian Ari membantunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus kemudian batang kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni biar mengulumnya. Yuni hanya menatapnya tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya menyerupai mengulum ice cream, atau mengulumnya menyerupai mengulum permen karet. Diperintah tersebut Yuni eksklusif menurut, mula-mula ia mengulum kepala batang kemaluan Arie kemudian Yuni memasukkan semua batang kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni terbatuk-batuk sebab kehabisan nafas dan mungkin juga sebab nafsunya terlalu besar.
Cerita Tante Girang Terbaru, KLIK [ DISINI ]
Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kaki Arie. Melihat insiden itu Arie risikonya menghentikan kuluman Yuni dan eksklusif mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa lipstik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan. Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa dikala melamun menyerupai patung tapi risikonya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama menjulurkan lidahnya ke dalam ekspresi Arie. Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Arie yang sanggup dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang telah berpengalaman. Kecupan Yuni kadang-kadang keluar bunyi yang keras sebab kehabisan nafas. "Pek.. pek.." bunyi bibir Yuni mengeluarkan bunyi yang menciptakan Arie semakin terangsang. Mendengar bunyi itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie dengan trampil telah membuka daster putih yang digunakan Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni biar duduk di pinggir ranjang dan Yuni pun mengetahui harapan Arie itu. Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya. Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie, dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih menempel di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan menggesek-gesekkan sekenanya. Erangan panjang keluar dari ekspresi Yuni. "Auu.." sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, terlihat Yuni sedikit damai iapun kembali membalikkan Yuni sehingga ia kini berada di atas tubuh Yuni. Arie menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang gres ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie. Pagutan Arie berganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan kecilnya yang telah lembap oleh cairan. Harum bukit kemaluan perawan menciptakan batang kemaluan Arie semakin ingin eksklusif masuk ke sarangnya tapi Arie kasihan melihat Yuni sebab kemaluannya belum juga merekah. Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni menciptakan Yuni menjepit wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang gres pertama kali didapatkannya. Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang kemaluannya yang sudah terlalu usang menegang. Arie menarik tubuh Yuni biar pantatnya pas sempurna di pinggir ranjang. Kaki Yuni menyentuh lantai dan Arie bangun di antara kedua paha Yuni. Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak memakai apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi lembap oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya menciptakan Arie menahan nafas. Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat tanda-tanda itu Arie hanya tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir kemaluan Yuni. Sambil menggesek-gesek batang kemaluan, Arie kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni eksklusif merangkulnya dan mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi dari ekspresi Yuni. "Aduhh.. Kaak.." erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang kemaluannya sesudah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, "Kak.. aduh sakit, Kak.." Mendengar rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang senggama Yuni dan Arie terus menunjukkan pagutannya. Kuluman bibir Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat risikonya mengangkat kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu ternyata membantunya dan kini menjadi tambah nikmat. Kepala kemaluan Arie yang besar gres masuk ke liang kewanitaan Yuni, tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang kemaluan Arie. Sambil mencium indera pendengaran kiri Yuni, Arie kembali berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. "Aduh.. aduh.. aduh.. Kak," Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. "Kamu sakit Yuni," bisik Arie di indera pendengaran Yuni. "Nggak tahu Kaak ini bukan menyerupai sakit biasa, sakit tapi nikmat.." Mendengar klarifikasi itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sehingga kini kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie. Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat. "Aduhh.." dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie sanggup mencicipi hal itu melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang keluar dari tubuh mereka berdua. Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie kemudian memasukkan semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. "Preet.." Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang mustahil didapatkan selain dengan Arie. "Auh.. auh.. auh.." bunyi itu keluar dari ekspresi kecil Yuni sesudah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Yuni. "Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas," kata Yuni sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. Mendengar itu kemudian Arie membalikkan tubuh Yuni biar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni menyerupai pasrah dan tidak melaksanakan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang gres kali ini dirasakannya. Yuni dan Arie melamun kurang lebih lima menit. "Yuni, kini bagaimana badanmu," kata Arie yang melihat Yuni kini sudah mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. "Udah agak enakan Kak," balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan serangan itu Arie eksklusif mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah. Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, ekspresi Yuni tetap mengaduh, "Aduhh.." Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni dengan ganasnya menggoyang-goyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri menciptakan Arie kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin menjepit menyerupai tang yang sedang menjepit paku biar paku itu putus. Beberapa menit kemudian Arie memeluk tubuh Yuni dengan eratnya dan batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas menciptakan pantat Yuni terangkat. Semburan panaspun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengerang, "Aduhh.. aduh.. Kak.." Selang beberapa menit Arie membisu sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata Yuni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan kemudian dengan perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni menciptakan Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu panjang, keduanya sedang mendapat kenikmatan yang tiada taranya. Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie. Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang kemaluan Yuni dan sesudah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni. Mendengar itu Arie hanya tersenyum sebab memang selama ini Arie mendambakan istri menyerupai Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia akan mendapat segalanya. Arie mengucapkan selamat bobo kepada Yuni yang eksklusif tertidur kecapaian dan Arie eksklusif keluar dari kamar Yuni sesudah Arie memakai pakaiannya kembali.
Download Video Bokep Lengkap, KLIK [ DISINI ]
Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambil sesuatu. Terlihat dengan terang celana merah muda yang digunakan tantenya. Tante Rani dibentuk kaget sebab Arie eksklusif meraba liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. "Tante sudah pulang," tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih. "Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kau yang tadi Tante tinggalkan dalam keadaan menantang," jawab Tante Rani sambil tersenyum. "Bagaimana kini Arie burungnya, sudah mendapat sarang yang gres ya.." Mendapat olok-olokan itu, Arie eksklusif kaget. "Ah Tante, mau cari kandang dimana," jawab Arie mengelak. "Arie kau jangan mengelak, Tante tau kok.. kau sudah mendapat sarang yang gres jadi kau harus bertanggung jawab. Kalau tidak kau akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kau telah bermain ajaib bersama Yuni dan Tante." Mendengar itu, Arie eksklusif membisu dan ia akan menikahi Yuni menyerupai yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan menunjukkan kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah tidak besar lengan berkuasa untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah tidak besar lengan berkuasa bangun itu Tante Rani tersenyum. "Pasti adikku dibuatnya KO sama kau yaa.. Buktinya burung kau tidak mau berdiri," goda Tante Rani. "Ahh nggak Tante, biasa saja kok." Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti biar menikahi adiknya. Akhirnya komitmen nikah Yuni dengan Arie dilakukan dengan komitmen nikah dibawah tangan atau komitmen nikah secara agama tetapi dengan tanpa melalui KUA sebab Yuni masih di bawah umur. TAMAT

0 Response to "Rumah Tante Rani"

Posting Komentar