Celana Dalam Budhe Murni

XX di kota  Surabaya mengajak saya ikut berlibur di rumah Pakde dan Budenya di kota  Malang Celana Dalam Budhe Murni
Saat liburan sekolah tahun lalu, Seno sobat karibku di Sekolah Menengah Pertama 1XX di kota Surabaya mengajak saya ikut berlibur di rumah Pakde dan Budenya di kota Malang. Dia bilang daerah Pakde dan Budenya ada kebon apel yang luas dengan sungai kecil yang mengalir di tengahnya. Seno akan mengajakku mancing seharian di sana, dan jika lapar boleh memetik apel sesukanya. Yaahh.., saya bayangkan betapa senangnya. Mancing seharian dan makan apel sesukanya. Kami setuju akan tinggal 3 hari di rumah Pakde dan Budenya itu. Ayah dan ibuku tidak keberatan untuk memenuhi keinginanku. Beliau sudah sangat mengenal Seno. Bahkan orang renta Seno dan bapak ibuku sering saling kunjung mengunjungi apabila yang satu ada keperluan atau punya sesuatu hajat. Begitulah pada hari yang ditetapkan kami berangkat pagi dari Surabaya dan sekitar jam 3 sore kami sudah hingga di rumah Pakde dan Bude Seno di kota Malang yang sejuk itu. Pakde Darmo dan Bude Murni yaitu nama Pakde dan Budenya Seno. Ternyata mereka berdua itu masih muda. Jauh lebih muda dari bapak ibunya Seno. Pakde Darmo yaitu saudara sepupu ibunya Seno. Usianya sekitar 35 tahunan. Sekitar 5 tahun lebih muda dari ibunya Seno. Dan tentu saja Bude Murni lebih muda lagi. Mungkin sekitar 28 tahunan. Sudah lebih dari 5 tahun Pakde dan Bude Seno itu berumah tangga, tetapi hingga kini belum punya anak. Oleh karenanya mereka nampak bangga ketika kami datang. Bude Murni orangnya cantik. Aku senang melihat perempuan elok menyerupai Budenya Seno ini. Walaupun masih dibilang ABG, saya sudah punya kesukaan melihat yang cantik-cantik. Bahkan jika saya ingat-ingat semenjak Taman Kanak-kanak saya sudah tahu belum dewasa mana yang cantik. Atau dari ibu-ibu yang mengantarkan anaknya ibu mana yang paling cantik. Pada waktu itupun saya sudah bisa berfantasi. Aku suka membayangkan untuk mencium teteknya, atau pipinya atau bibirnya yang cantik-cantik itu. Tapi Bude Murni yang Budenya Seno ini benar-benar cantik. Kalau saya bandingkan, kecantikan Bude Murni tidak kalah dengan kecantikannya para bintang iklan atau sinetron. Tulang pipinya, merah bibirnya, anak rambutnya yang lembut pada belakang lehernya yang jenjang, duuhh.. Semuanya itu benar-benar menampilkan daya sensual dan kecantikan yang sempurna. Rasanya menyerupai dengan Shirley Margaretha atau yang biasa dipanggil Shirley itu. Tentu Bude Murni sedikit lebih tuaan. Kalau lagi bicara saya suka sekali memperhatikan gerak bibirnya yang tipis itu. Aku lantas membayangkan seandainya Bude Murni meludahi aku, ahh.. biarlah. Akan kujilati ludahnya dan kutelan. Bahkan saya bayangkan seandainya Bude Murni meludahnya eksklusif ke mulutku. Uuhh.. dengan segala kesukaanku, saya akan mengucapkan beribu-ribu terima kasih padanya. Penis kecilku ini jadi eksklusif ngaceng. Sesudah kami diterima dengan ramah oleh Pakde dan Budenya Seno, kemudian sedikit ngobrol sana-sini. Tentang sekolah, wacana keinginan mau jadi apa jika sudah gede nanti dan sebagainya, kami disuruh istirahat dulu atau jika mau mandi, boleh. Silahkan. Aku pikir ngapain istirahat. Mendingan mandi saja, nanti ngobrol lagi dan melihati lagi cantiknya Bude Murni. Rasanya yummy jika penisku ngaceng terus ketika mengkhayalkannya. Akhirnya Seno setuju jika saya mandi dulu. Sementara ia akan menunggu sambil sekedar tidur-tiduran. Kamar mandi Bude Murni tidak begitu luas. Di sana-sini nampak bergantungan baju atau celana kotor. Aku jadi sedikit kesulitan untuk menggantung handuk dan bajuku. Terpaksa saya geser-geser untuk mendaptkan gantungan. Pada ketika itulah saya melihat ada celana dalam wanita. Tak salah lagi, niscaya ini yaitu celana dalam Bude Murni. Siapa lagi?! Perempuan di rumah ini kan hanya Bude Murni. Darahku tiba-tiba berdesir. Meyakini bahwa itu yaitu celana dalam Bude Murni menciptakan nafsu birahiku bangkit. Kenapa celana dalam kumal ini jadi begitu nampak indah di mataku. Kudekatkan wajahku ke arahnya. Lihatlah, bukankah warna celana ini putih. Celana yang terbuat dari materi yang lembut ini tadi siang atau mungkin tadi pagi atau kemarin sore telah digunakan oleh Bude Murni. Dan kini tidak begitu putih lagi. Pinggirannya nampak ke-kuning-kuningan, mungkin disebabkan keringat di selangkangan Bude. Kemudian kulihat pecahan bawah yang bertepatan dengan vaginanya, warnanya semakin kuning yang pekat. Mungkin itu yaitu sisa-sisa air kencing campur keringat Bude yang tertinggal.
Ah.. Darah birahiku kembali berdesir. Penis kecilku mulai tegang. Hidungku kepingin tahu bagaimana anyir celana dalam orang secantik Bude Ambar yang menyerupai bintang sinetron Shirley ini. Dengan agak gemetar tanganku mendekatinya. Pelan dan hati-hati saya pungut celana dalam itu. Aku mencicipi seakan ada stroomnya ketika ujung jariku menyentuhnya. Darahku naik ke kepala menciptakan wajahku terasa sembab dan ubun-ubunku memanas. Dengan mempertemukan ibu jari dan jari telunjuk saya mengambil tepian celana dalam dengan cara menjepitnya. Rasanya saya tak ingin celana dalam Bude Murni ini ter-kontaminasi oleh tangan-tanganku. Kembali darahku berdesir. Mataku menatap tajam. Kusaksikan lebih bersahabat kain lembut yang beberapa waktu sebelumnya telah menutupi pecahan milik Bude Murni yang paling rahasia. Tanpa ragu dengan jantungku yang berdegup-degup sambil setengah menutup mata kudekatkan celana Bude Murni itu ke hidungku. Aku segera menangkap baunya. Oohh.. Sepertinya saya dibawa melayang. Bau pesing kencing dan asem keringat selangkangan Bude Murni menciptakan saya serasa terbang. Aku terayun dan terlempar dalam awang nikmat surgawi. Bau pesing dan asem itu seketika menjadi wewangian memabukkan. Tak pernah kutemui wewangian senikmat ini. Ahh.. Kini saya mencicipi betapa hasrat birahiku meledak dan terbakar menyala. Nafsu syahwatku menggelegak. Aku nanar dan menjadi liar. Khayalanku tak bisa kukendalikan. Dia terbang menuntunku menciumi selangkangan Bude Murni. Bibir dan lidahku melata di seluruh pori-porinya. Kurasakan seakan Bude Murni telah menantikan jilatan dan kecupan bibirku pada vagina dan selangkangannya. Dia mengangkangkan lebih lebar kedua pahanya yang putih higienis itu semoga bibir dan lidahku lebih leluasa menjelajahinya. Jari tanganku dengan terburu-buru melepasi anak kancing celanaku. Kukeluarkan penis kecilku. Kini saya mulai mengelus-elus dan memijatinya. Kemudian mengocok-ocoknya. Dengan segenap jari-jari tanganku hasilnya celana dalam Bude Murni kugenggam erat. Kemudian dengan tanpa ragu serta penuh nafsu syahwat birahi kubekapkan celana dalam itu ke mukaku. Bagian bawahnya yang paling kuning pekat kumasukkan ke mulut. Aku melumat-lumatnya. Aku ingin kencing atau keringatnya yang kuning pekat itu larut dalam ludahku. Aku ingin mengecap-ecap dan mengisep-isepnya. Aku ingin merasai kencing dan keringat Bude Murni. Aku ingin menelannya. Kocokkan tangan pada penisku semakin kupercepat. Aku mencicipi kenikmatan syahwat yang tak terhingga. Bayangan Bude Murni yang menggeliat-geliat sambil mendesah-desah lantaran kegatalan mendapatkan kecupan dan jilatanku melipatkan hasrat birahiku. Bahkan ia merenggut kepalaku. Dia tarik wajahku dan ditenggelamkannya lebih dalam ke selangkangannya. Genggaman kocokkanku semakin kuperketat. Aku tahu air maniku terus mendesak ingin muncrat. Kurasakan asin pada lumatan di mulutku. Kencing dan keringat selangkangan Bude Murni telah larut dalam ludahku. Sepertinya tangan Bude Murni meremas-remas rambutku. Tubuhnya bergoyang. Pantatnya maju mundur menahan nikmat syahwatnya. Kudengar ia mendesah, merintih atau meracau, "Terus Wan. Enak Wan. Jilati terus vagina Bude Wan. Ayyoo.." Aaacchh.. Tanganku mencicipi urat penis kecilku berkedut dan mengangguk-angguk. Air maniku muncrat menembaki dinding kamar mandi Bude Murni. Aku merapat ke pintu. Kenikmatan sperma yang merambati saraf-saraf di seputar penisku begitu terasa nikmatnya. Celana dalam Bude Ambar masih nyumpal di mulutku. Bagian yang di arah vaginanya telah kuyup oleh ludahku. Aku balik dari awang-awang sesudah menjilat dan melumati selangkangan dan vaginanya Bude Murni. Kini khayalanku memerosotkan tubuhku. Aku jongkok sambil bersandar ke kloset. Dengan hati-hati celana dalam Bude Ambar kukembalikan ke gantungannya. Kutaruh kembali dan kutata-tata sesuai semula semoga tidak menjadikan kecurigaan Bude Murni. Sehabis mandi Seno mengajak saya keliling kebon apel yang berada di belakang rumahnya. Aku melihat sungai yang mengalir di dalamnya. Airnya sangat jernih. Nampak ikan-ikan kecil pada berseliweran. Tetapi ketika saya mendekat dan mengamatinya yang nampak hanyalah celana dalam Bude Murni yang wangi air kencing dan keringatnya itu. Aku sama sekali kehilangan dorongan untuk makan apel atau mancing. Aku masih berada dalam jerat birahiku. Aku masih terseret dalam obsesi syahwatku pada celana dalam Bude Murni.
XX di kota  Surabaya mengajak saya ikut berlibur di rumah Pakde dan Budenya di kota  Malang Celana Dalam Budhe Murni
Pagi harinya kami bangun kesiangan. Bude Murni sibuk meladeni suaminya yang hendak berangkat kerja. Dia juga telah mengembangkan minuman dan sarapan untuk kami. "Mandinya entar, ya nak. Sekarang basuh muka saja dulu terus sarapan. Bude sudah kegerahan nih. Habis Pakde berangkat, biar Bude yang mandi dulu, ya", "Ya, Bude", sahut Seno. Kebeneran..!! Memang itu mauku, begitu sorak kata hatiku. Aku sendiri membisu saja. Aku bergaya acuh. Hanya mataku yang mencuri pandang bagaimana bibir Bude membuka dan mengatup dengan indahnya ketika bicara. Aku juga terpesona pada penampilan Bude yang belum mandi ini. Dari lehernya yang jenjang turun ke bahunya yang hhuhh.. Aku tak bisa mengucapkannya. Sangat aduhai. Dia hanya menggunakan blus lembut dan tipis tanpa lengan. Lubang lengan blusnya itu sangat pas hingga nge-jepit ketiaknya. Nampak sepintas olehku lipatan ketiaknya. Di daerah yang sama kusaksikan tepian blusnya berair oleh keringatnya. Aku eksklusif melayang. Benar kata orang, perempuan yang elok akan tampak sangat elok sebelum mandi. Rasanya hasrat birahiku menyergapku di pagi ini. Dan penis kecilku kembali ngaceng. "Ayo, Wan. Jangan ngelamun. Makanlah. Ambil itu telor mata sapinya. Pakai sambal? Suka pedes?", saya agak kaget. Bude Murni begitu perhatian dan mengasihi kami berdua. Kemudian kuperhatikan pula apa yang digunakan di pecahan bawahnya. Dia tidak menggunakan rok. Rupanya pagi tadi bersama suaminya Bude Ambar melaksanakan jogging. Dia hanya menggunakan 'short pant' yang ketat dengan tubuhnya. Aku seakan ingin pingsan lantaran tak tahan melihat betapa seksinya badan Budenya Seno ini. Aku nggak bisa menyaksikan paha dan betisnya. Aku hingga heran pada diriku sendiri, kenapa paha dan betis Bude Murni itu begitu merangsang nafsuku. Khayalku terus membawa saya terbang melayang-layang. Aku ingin ia lekas pergi mandi. Aku ingin apa yang kini dipakainya, yang kini membungkus tubuhnya itu ia tinggalkan di gantungan kamar mandi. Aku ingin hidungku menghirupi apapun yang ia pakai ini. Aku ingin hidungku lebih banyak menyedoti anyir tubuhnya Bude Murni. Aku menjadi sangat bergairah. Aku berusaha Seno tidak mendahuluiku. Aku ingin mencicipi anyir ketiak yang masih segar dari blus Bude Murni itu. Wwoowww.. Mudah-mudahan ia meninggalkan seluruh pembungkus tubuhnya yang menciptakan saya puyeng itu di gantungan kamar mandinya. Dengan berusaha keras untuk tenang, begitu selesai sarapan saya mengambil handuk dan siap untuk mandi. Sambil bergaya membaca majalah yang tercecer di meja, mataku tak lekang mengawasi pintu kamar mandi, menunggu Bude Murni selesai mandi. Kudengar bunyi air dari gayungnya. Kubayangkan betapa bahagianya air itu. Bisa menjelajahi lekuku lekuknya badan Bude Murni. Sesaat ia keluar dari kamar mandi saya segera meletakkan bacaanku, berdiri, menggeliat kecil sambil menguap dan bergegas untuk mandi. Segala hal tadi kulakukan untuk menghindarkan segala bentuk kecurigaan Seno atau Bude Murni pada tingkah polahku. Kamar mandi terasa hangat dan wangi anyir sabun sesaat seseorang selesai mandi. Mataku jelalatan ke arah gantungan baju. Dan kudapatkan apa yang kuimpikan.. Pertama kusaksikan 'short pants'-nya ngegantung menindih blusnya. Kemudian disampingnya kutang lusuh bekas pakai. Nampak talinya menjuntai ke bawah. Dan di belakang kutangnya itu ada terlihat celana dalam Bude Murni. Wwoow.. Aku pesta, nih. Sepertinya saya sedang menyaksikan sebuah karya pop art-nya seniman Andy Wharol yang menggantungkan celana dan BH seronok dalam ruang pamer di New York Modern Art Museum. Hasrat seksualku demikian terpukau menyaksikan apa yang kuimpikan itu. Tapi kini saya berusaha lebih tenang. Kubuka dulu bajuku, celana pendekku dan celana dalamku. Aku telanjang. Aku tidak eksklusif meraih benda-benda perangsang nikmat syahwat milik Bude Murni itu. Aku akan memanjakan mataku untuk menikmatinya lebih dulu. Sambil pelan-pelan saya mengelusi penisku yang semakin tegang dan keras saya mengamati short pants itu. Beberapa menit yang kemudian short pants ini berada di selangkangan dan pinggul Bude Murni dan membungkus milik Bude Murni yang paling indah. Nampak lipatan kain yang timbul lantaran tertekan pantatnya ketika duduk. Ah, seakan saya sedang mengamati pantatnya dari jarak yang sangat dekat. Aku perhatikan tepian celananya. Pasti pahanya terus bergesekkan dengan tepian itu dan meninggalkan keringat di sana. Rasanya saya tidak ingin mengedipkan mataku. Dan ketika saya mengusapkan short pants pada arah pantatnya ke hidungku, saya serasa sedang mencium bokong Bude Murni. Duh, nikmatnyaa.. Pasti lebih nikmat dari sekedar mancing dan makan apel.

0 Response to "Celana Dalam Budhe Murni"

Posting Komentar